GURAMI identik dengan daun sente. Di mana ada kolam gurami, di situ pasti ada tanaman sente. Peternak yakin Alokasia macrorrhizos itu merupakan pakan wajib gurami. Bisakah fungsinya diganti tanaman lain?Jamak bagi peternak gurami untuk menanam sente 2–3 bulan sebelum menebar bibit gurami. Daun kerabat keladi itu sebagai pakan utama gurami. “Sente wajib ada dalam pembesaran gurami,” ujar H. Suryadi, peternak di Desa Pabuaran, Kabupaten Bogor. Menurut Suryadi, daun sente kaya serat yang dapat memperlancar pencernaan gurami.Atau simaklah pengalaman Mohamad Sulhi Spi, peternak di Bogor. Pria yang juga periset di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor itu membandingkan pertumbuhan gurami di dua kolam pembesaran yang letaknya bersebelahan. Ikan di kolam pertama diberi pakan pelet apung 100%. Sedangkan ikan di kolam kedua selain diberi pelet, juga daun sente sebanyak 5% dari bobot tubuh dua hari sekali.Pertumbuhan ikan dengan pakan pelet lebih cepat. Namun, setelah 4 bulan diamati, 5%–10% populasi di kolam itu mengalami bisul dan mata belo. Sementara itu, gurami yang diberi pakan tambahan daun sente pertumbuhannya normal dan sehat. Kandungan senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol yang terdapat pada tangkai dan daun sente diduga mampu meningkatkan daya tahan ikan terhadap serangan penyakit.Adaptasi FisiologisPengalaman Sulhi sejalan dengan penelitian yang dilakukan Susilo dan Hariyadi dari Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Mereka membagi empat kelompok gurami yang masing-masing diberi pakan 75% daun sente, 25% pelet-50% daun sente, 50% pelet-25% daun sente, dan 75% pelet. Hasilnya, gurami yang diberi pakan 75% pelet menunjukkan efisiensi pakan tertinggi, tetapi angka kematian ikan sangat tinggi.Susilo dan Hariyadi menyarankan kombinasi pakan 50% pelet 25% daun sente untuk efisiensi pakan terbaik. Itu berdasar pada gurami memiliki kemampuan beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Maksudnya, Osphronemus gouramy itu dapat mengalokasikan sumber pakan yang ada untuk diubah menjadi energi. Sejalan dengan riset yang dilakukan Ir. Petrus Hary Tjahja Soedibya dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.Dalam tesisnya, Hary membandingkan pencernaan gurami yang diberi pakan cacing beku tubifex dan tepung daun sente. Gurami yang diberi pakan tubifex mengalokasikan 64,69% energi yang terserap dari pakan untuk proses metabolisme, 20,46% untuk pertumbuhan. Sisanya 14,72% dan 0,13% dikeluarkan melalui feses dan urin. Gurami yang mengonsumsi sumber pakan tepung daun sente malah hanya mengalokasikan 58,44% energi yang terserap untuk metabolisme, 7,52% untuk pertumbuhan, dan 33,93% energi terekskresi melalui feses serta 0,11% lewat urin.Menurut Hary fenomena itu membuktikan gurami mengalokasikan energi untuk beradaptasi secara fisiologis terhadap ketersediaan sumber pakan. Pengeluaran energi melalui feses dan urin pada gurami yang diberi pakan tepung sente lebih tinggi dibanding dengan yang diberi pakan tubifex. Tingginya tingkat pengeluaran energi secara langsung akan mengurangi alokasi energi yang dibutuhkan untuk proses metabolisme dan pertumbuhan.Laju pertumbuhan gurami yang diberi tubifex terlihat lebih baik, sebesar 0,84% per hari; tepung daun sente 0,43% per hari. Rendahnya laju pertumbuhan gurami yang mengonsumsi tepung daun sente karena pakan sulit dicerna sehingga butuh energi lebih banyak untuk metabolisme. Itu tecermin pada pengukuran konsumsi oksigen yang tinggi, yaitu sebesar 0,76 mg/g/j.Alternatif ‘Sente’Oleh sebab itu, peternak tidak perlu menganggap sente sebagai menu utama bagi gurami. Sente yang diberikan sebanyak-banyaknya tidak akan memacu produktivitas. Makanya, salah besar beberapa peternak tradisional di Jawa Barat tabu memberi pakan selain sente pada masa pemijahan induk gurami. Saat memijah, induk gurami butuh asupan nutrisi dan protein tinggi. “Itu tak idakan tercukupi oleh pemberian pakan berupa daun sente saja,” ujar Sulhi.Penelitian Sulhi bersama Hidayat Djajasewaka, rekan sejawatnya, pada 2002 menunjukkan hasil yang bertolak belakang. Saat itu Sulhi menambahkan pakan daun sente bervariasi antara 2% dan 5% serta pelet berprotein 35% sebesar 1% dari bobot tubuh per hari pada induk gurami yang tengah memijah. Ternyata, induk gurami yang diberi tambahan pakan daun sente terendah, 2% per hari, memperlihatkan kecepatan tumbuh, produksi telur, dan sarang isi tertinggi. “Artinya pemberian terlalu banyak sente tidak akan berdampak positif,” kata Sulhi.Sente sah-sah saja diberikan sebagai pakan tambahan untuk menyiasati harga pakan buatan yang makin mahal, tapi bukan yang utama. Apalagi kini sente®MDUL¯ makin sulit didapat. Suryadi mengaku harus membeli daun sente dengan harga Rp250/lembar. Padahal, “Seribu ekor gurami setiap harinya dapat menghabiskan 10 lembar daun,” kata Suryadi.Menurut Sulhi selain sente masih banyak tanaman lain yang bisa dijadikan pakan tambahan untuk gurami. Contohnya caisin. “Kesehatan dan pertumbuhan gurami yang diberi caisim tidak kalah dengan yang diberi sente,” ujar Sulhi.Jika caisim tidak ada, Sulhi menyarankan kangkung darat juga bisa diberikan sebagai alternatif. “Kangkung lebih cepat tumbuh ketimbang sente,” ujar Sulhi. Jika sente butuh tempat sedikit terlindung dan kelembapan tinggi untuk dapat tumbuh, kangkung darat adaptif di lingkungan tanpa naungan.Kimpul atau talas, Xanthosoma violaceum, juga baik bagi gurami. Namun, lantaran bergetah, peternak sebaiknya melayukan daun kimpul sebelum memberikannya pada gurami. Daun pepaya tidak disarankan lantaran kandungan getah papain tinggi akan merusak kualitas air. “Gurami malah stres,” tambahnya.Menurut Sulhi, apa pun jenis dedaunan yang diberikan sebaiknya masih muda dan mudah dicerna. Pun, pemberian dedaunan itu tidak lebih dari 2% dari bobot tubuh per hari. n TRUBUS/R-2www.lampungpost.comVARIASI FISIOLOGIS IKAN GURAMI (Osphronemus gouraniy Lac) DALAM MENGHADAPI KETERSEDIAAN SUMBER PAKANAbstrak :

Pakan sebagai sumber nutrisi maupun energi merupakan bahan yang sangat menentukan dalam pencapaian kemampuan hidup (fitness) suatu organisme. Ketersediaan sumber pakan di suatu lingkungan sangat beragam, baik secara kuantitas maupun kualitas. Keragaman sumber pakan, baik yang berasal dari hewani maupun nabati, dapat terjadi karena adanya perubahan lingkungan. Mengingat banyaknya keragaman tersebut, organisme seringkali dihadapkan pada suatu pilihan untuk mengkonsumsi sumber pakan tertentu yang mungkin bukan merupakan makanan utamanya. Dalam menghadapi perubahan kondisi lingkungan demikian, diperlukan kemampuan adaptasi fisiologis secara optimal untuk mempertahankan atau mencapai kemampuan hidup.

Berdasarkan permasalahan tersebut, dilakukan penelitian mengenai upaya adaptasi secara fisiologis dengan menggunakan hewan air yaitu ikan gurami Osphronemus gouramy Lac. Pemilihan ikan gurami berdasarkan kenyataan bahwa sampai sekarang masih terdapat kontroversi mengenai sifat ikan gurami, yaitu apakah herbivora, karnivora atau omnivora. Penelitian dilakukan melalui pendekatan konsep alokasi anggaran energi (energy budget).

Konsep alokasi anggaran energi pada dasarnya adalah keseimbangan antara pemasukan sumber pakan atau sumber energi, dengan kebutuhan energi yang diserap untuk proses metabolisme, pertumbuhan, maupun yang terekskresi melalui feses dan urin. Berdasarkan konsep tersebut, variasi alokasi anggaran energi pada dasarnya merupakan upaya atau cara ikan gurami dalam mempertahankan diri akibat adanya perubahan lingkungan.

Walaupun sampai saat ini masih terdapat kontroversi apakah ikan gurami benar-benar bersifat herbivora, ternyata dengan perlakuan pemberian pakan sebagai herbivora, ikan gurami masih mampu memperlihatkan kelangsungan hidup. Hal ini membuktikan, bahwa ikan gurami melakukan proses adaptasi fisiologis. Kemampuan ini memberi makna, bahwa suatu organisme mampu atau tidak mampu mengoptimalkan pengalokasian anggaran energi dari dalam tubuhnya. Keberhasilan dalam mengoptimalkan alokasi anggaran energi pada penelitian ini diwujudkan dalam bentuk pertambahan bobot badan serta aktivitas ikan. Aktivitas ikan yang diukur adalah jarak jelajah, waktu istirahat, waktu ambulatori dan waktu stereotip.

Penelitian ini bertujuan membandingkan berbagai variasi fenotipik yang mungkin akan ditampilkan sebagai akibat adanya variasi pemberian pakan. Untuk mengetahui hal tersebut, dilakukan penelitian ikan gurami yang diberi sumber pakan tepung cacing Tubifex, tepung ikan, tepung daun sente Alocasia macrorhiza (L) Scott, tepung daun eceng gondok Eichornia crassipes (Mart.) Solms, dan campuran antara tepung ikan dengan tepung daun sente. Penelitian ini berskala laboratoris dan dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap parameter yang mempengaruhi nilai anggaran energi. Parameter tersebut adalah daya cerna pakan, daya serap nutrisi, efisiensi pakan, konsumsi pakan,serta perilaku atau aktivitas ikan.

Hasil penelitian terhadap variasi alokasi anggaran energi pada ikan gurami yang diberi sumber pakan hewani maupun nabati memperlihatkan adanya perbedaan sangat nyata melalui pengalokasian energi yang terserap untuk metabolisme, pertumbuhan maupun yang terekskresi melalui feses atau urin. Ikan gurami yang diberi sumber pakan Tubifex mengalokasikan energi yang masuk melalui pakan untuk diserap guna keperluan proses metabolisme sebesar 64,69 %, yang digunakan untuk pertumbuhan 20,46 % dan yang terekskresi melalui feses 14,72 % dan urin 0,13 %. Sementara itu ikan gurami yang mengkonsumsi sumber pakan tepung daun sente (kontrol), mengalokasikan energi yang terserap untuk metabolisme sebesar 58,44 %, untuk pertumbuhan 7,52 %, yang terekskresi melalui feses 33,93 %, dan urin 0,11 %. Melihat fenomena tersebut, terbukti bahwa alokasi anggaran energi merupakan usaha untuk beradaptasi secara fisiologis terhadap ketersediaan sumber pakan.

Pengaturan anggaran energi tersebut merupakan salah satu cara ikan gurami mempertahankan kelangsungan hidupnya secara maksimal (maximal fitness) yang diwujudkan dalam nilai pertumbuhan.

Pengeluaran energi melalui feses dan urin pada ikan gurami yang diberi sumber pakan nabati terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan ikan gurami yang mengkonsumsi sumber pakan hewani. Tingginya tingkat pengeluaran energi tersebut secara langsung akan mengurangi alokasi energi yang dibutuhkan untuk proses metabolisme, sehingga akan berpengaruh juga terhadap alokasi energi untuk pertumbuhan.

Laju pertumbuhan ikan gurami yang diberi sumber pakan hewani (Tubifex) terlihat lebih baik yaitu sebesar 0,84 %/hari dibandingkan gurami yang mengkonsumsi sumber pakan tepung daun sente yaitu 0,43 %/hari. Tingginya laju pertumbuhan pada ikan gurami yang diberi sumber pakan hewani karena didukung oleh tingginya nilai parameter fisiologis seperti daya cerna pakan, daya serap nutrisi, efisiensi pakan, konsumsi oksigen serta perilaku ikan gurami. Sebaliknya rendahnya laju pertumbuhan pada ikan gurami yang mengkonsumsi sumber pakan nabati disebabkan karena tingginya pengeluaran energi melalui feses, hal ini disebabkan karena sukarnya pakan dicerna (5,63). Sukarnya pakan untuk dicerna ini menyebabkan peningkatan proses pemcernaan makanan, sehingga diperlukan energi yang tinggi (63). Tingginya energi tersebut tercermin pada hasil pengukuran konsumsi oksigen yang tinggi yaitu sebesar 0,76 mg/g/j. Tingginya tingkat konsumsi oksigen ini sebagai akibat proses pemecahan karbohidrat menjadi gula sederhana (8). Parameter lain yang dapat dijadikan untuk memperkuat hasil tersebut adalah pendeknya jarak jelajah yang secara langsung diikuti oleh lamanya waktu istirahat. Aktivitas ini dilakukan sehubungan dengan cara ikan gurami dalam pengaturan alokasi energi.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan lebih lanjut, bahwa ikan gurami melakukan pengaturan alokasi anggaran energi secara optimal untuk mencapai tujuan hidupnya secara maksimal. Adaptasi fisiologis merupakan konsep biologi yang menunjukkan bahwa organisme mempunyai kemampuan untuk mengubah alokasi anggaran energinya untuk dapat mengatasi perubahan lingkungan.

Berdasarkan evaluasi nilai alokasi anggaran energi di atas, variasi anggaran energi ini disebabkan adanya kemampuan ikan gurami untuk melakukan proses fisiologis secara optimum, khususnya dalam memanfaatkan sumber pakan yang dikonsumsi. Hal tersebut didukung basil analisis terhadap nilai-nilai parameter fisiologis yang mempengaruhi proses pencernaan dan penyerapan pakan. Nilai daya cerna protein yang ditunjukkan ikan gurami yang mengkonsumsi sumber pakan Tubifex adalah yang paling tinggi, yaitu 96,11 %.digilib.itb.ac.id   PENGGUNAAN PROBIOTIK UNTUK PENCERNAAN

BUDIDAYA gurami kini makin diminati petani karena prospeknya yang cerah. Apalagi  harga panen gurami dari kolam petani juga membaik. Para pengepul berani mengambil gurami dari petani dalam kisaran Rp 19.000 hingga Rp 21.000 perkilogramnya. Bila bisa menjual sendiri ke konsumen harga akan lebih tinggi.
“Saya mengambil gurami dari kolam petani dengan harga Rp 19.000,- hingga Rp 21.000,- per kilogram. Itu disesuaikan dengan standar pemasaran di Jakarta. Kalau di bawah harga itu, kasihan petani. Padahal, tujuan kita kan sejahtera bersama-sama petani. Maka saya menerapkan pola plasma yang fair kepada para petani gurami,” ujar Galih Adi W, salah satu pengepul gurami terbesar di Yogyakarta.
Menurut Himawan AS, pemilik HM PS di Jalan Sutijap, Wates, Kulonprogo, hasil panen gurami di kolam petani saat ini kualitasnya makin baik. Indikasinya antara lain dari pertumbuhan ikan yang cepat sehingga dapat lekas dipanen, ikannya relatif seragam, dan tidak bau Lumpur/tanah sehingga disukai oleh konsumen.
“Itu karena mereka sudah mulai terbiasa memakai probiotik yang dicampur pakan. Misalnya, probiotik Raja Grameh, Rajalele, SPF, atau Nature yang mudah didapatkan petani. Dengan dicampurkan ke pellet, probiotik akan membuat metabolisme dan pencernaan ikan sempurna sehingga 90 persen pakan akan menjadi daging ikan. Pendek kata, dengan memanfaatkan probiotik petani lebih untung bahkan berlipat ganda,” jelas Himawan.
Dikatakannya, ada dua probiotik yang bisa dimanfaatkan petani gurami untuk mendongkrak hasil kolamnya. Yang pertama, probiotik untuk menggemburkan dasar kolam sekaligus memelihara kualitas air seperti Nature atau Super Plankton. Probiotik ini cukup diguyurkan ke air kolam pada pagi hari setiap dua minggu sekali supaya air kolam selalu sehat, tidak blooming, dan penuh dengan plankton sebagai pakan alami ikan. Yang kedua, probiotik yang untuk memacu pertumbuhan ikannya sendiri sekaligus membentengi ikan dari kemungkinan terkena penyakit atau stres. Probiotik ini harus dicampurkan ke pakan, baik pakan pellet maupun pakan daunan.
“Dari berbagai riset, probiotik memang terbukti bagus untuk pemeliharaan air kolam dan pemacu pertumbuhan ikan. Karena ada introduksi mikroba positif maka kolam menjadi lebih sehat dan ikannya juga lebih kuat terhadap stres dan penyakit. Yang lebih pasti, pertumbuhan ikan bisa sangat pesat karena probiotik juga merangsang nafsu makan ikan,” jelas Ir. Gandung Hardaningsih, pakar gurami dari Jurusan Perikanan Universitas Gadjah Mada.
Probiotik itu ibarat benteng pertahanan diri sehingga sebaiknya  diberikan sejak dini. Begitu bibit mau masuk kolam, tiga hari sebelumnya air kolam harus diguyur probiotik lebih dahulu agar kondisi air cepat matang dan tumbuh banyak plankton. Selanjutnya, pemberian probiotik untuk pemeliharaan air ini cukup dua minggu sekali saja. “Jadi, semacam imunisasi lebih awal lebih bagus. Jangan menunggu kondisi kolam jelek dan ikan stress atau terserang penyakit. Maka hasil panen pasti jauh lebih bagus,” tambah Himawan.
Bukti bahwa aplikasi probiotik sangat efektif juga diakui Jumadi, petani gurami desa Ceme, Sanden, Bantul. Saat ia melihat di kolamnya banyak gurami yang stres dan ngambang bahkan beberapa mati. Secepatnya ia mengguyurkan sebotol probiotik Nature campur segenggam gula pasir ke kolamnya. Keesokan harinya air kolam kembali hijau jernih dan semua guraminya sehat kembali.
“Biasanya satu hari pasti ada yang mati 5-10 ekor. Padahal ikan sudah ukuran kilon. Ruginya kan banyak. Setelah diberi probiotik langsung sehat semua. Tidak ada yang mati lagi dan selamat sampai panen. Sekarang pemberian nature saya ulang tiap dua minggu sekali tanpa menunggu ada gejala penyakit menyerang. Ibaratnya saya sudah fanatic dengan pemakaian probiotik karena buktinya sudah nyata,” jelas pemilik 10 kolam gurami pembesaran ini.

Sumber: Majalah trobos